MEMBUMIKAN NILAI TOLERANSI DALAM RANAH BERAGAMA DI RUANG SOSIAL

Oleh: dwiBI
Referensi: “Membumikan nilai toleransi di kota Malang ini sangat bermanfaat, dan memberikan dampak positif. Masyarakat yang beragam, saling menghargai, dan saling bekerja sama dalam keharmonisan ini akan jadi pondasi kebersamaan yang kuat untuk Kota Malang,” kata Muhammad Faisol Efendi Ketua Pelaksana Garuda Camp di IPTh di Balewiyata Majelis Agung Greja Kristen Jawi Wetan, 17-19 November 2023

Nah, untuk mewujutkan nilai toleransi dalam ranah beragama di ruang sosial, memang perlu membutuhkan jiwa kesadaran diri. Bukan sebaliknya menganggap dirinya paling superior, tanpa menyadari diri kita hidup berada di tengah kemajemukan.

Jika hal ini terus terjadi, akan meringkihkan sendi-sendi keutuhan bangsa. Inilah perlunya kita belajar untuk membumikan nilai toleransi. Sebab
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman suku, budaya, ras, dan agama.

Dari keanekaragaman inilah menjadikan Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk penuh kebersamaan saling menghargai. Ketika perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat dipadukan dalam suatu ruang integritas, tentu akan membentuk solidaritas yang kuat.

Akan tetapi, apabila perbedaan-perbedaan tersebut tidak terkondisikan dengan baik, akan terjadi berbagai persoalan di kalangan masyarakat. Persoalan-persoalan inilah yang dapat berpotensi mencerai-beraikan keutuhan dalam masyarakat.

Maka di Bulan November ini masih dalam suasana hari toleransi internasional yang diperingati tiap tanggal 16 November. Maka oleh pemuda-pemudi lintas iman se-Malang raya tanggal tersebut dijadikan sebagai momentumum yang paling mengesankan. Hidup dalam kebersamaan lintas iman dalam membumikan nilai toleransi

GKJW sebagai tuan rumah dalam kegiatan ini tentu turut berbangga hati, karena keberadaannya menjadi dapat sarana perjumpaan para pemuda-pemudi lintas iman dalam kegiatan Camp Lintas Iman yang diinisiasi oleh Garuda Malang tersebut. GKJW bersama dengan United Evangelical Mission (UEM) turut ambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan yang diperlukan. Melansir gkjw.or.id

Salah satu peserta camp lintas iman yang diselenggarakan oleh Garuda Malang ini mengaku lebih memiliki kesadaran akan keberagaman.

“Kegiatan Garuda Camp yang membumikan nilai toleransi di Kota Malang ini sangat bermanfaat, dan memberikan dampak positif. Senang sekali berada di sini bersama masyarakat yang beragam, menumbuhkan kesadaran untuk menjaga keragaman dalam membangun peradaban.

Setelah kegiatan ini, akan berusaha mengimplementasikan nilai toleransi, dan 9 nilai utama Gus Dur dalam lingkungan terdekat saya,” kata Dina Rahayu Natalia mahasiwa Universitas Kanjuruhan Malang peserta kegiatan Garuda Camp yang berlangsung dari 17-19 November 2023 di IPTh Balewiyata Majelis Agung Greja Kristen Jawi Wetan.

Kegiatan ini difokuskan agar para peserta dapat memahami dan mengaplikasikan sembilan nilai utama Gus Dur. Sebagaimana yang diketahui, bahwa Gus Dur memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai toleransi yang dihidupi dan diteladankan kepada segenap masyarakat Indonesia. Prinsip dan nilai-nilai Gus Dur itulah yang kemudian di patenkan dengan sebutan

“Sembilan Nilai Gusdur” yang secara terus-menerus dipelihara dan ditularkan kepada setiap orang. Nilai utama Gus Dur tersebut berisi ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan tradisi. Setiap peserta dibekali 9 nilai utama Gus Dur yang telah diteladankan, kemudian diharapkan akan dilanjutkan pada lingkungan masing-masing.

Melalui kegiatan ini, muncul harapan dan semangat agar peserta dapat kembali ke masyarakat dan komunitasnya masing-masing dan menjadikan sembilan nilai utama tersebut sebagai pondasi menjalin kehidupan dan membangun peradaban di tengah keberagamn. Seperti peradaban di Kota Malang yang sudah terkenal akan keharmonisan dan keragamanya dengan adanya simbol-simbol kerukunan seperti Masjid Jami’ Malang dan Gereja GPIB Immanuel yang berdekatan, maka di sanalah seharusnya kehidupan setiap umat beragama.

Kegiatan Garuda Camp ini juga ditutup dengan sebuah piagam perdamain untuk kota Malang, sebagai simbol dan upaya untuk terus merawat keragaman dan kerukunan kota Malang, (*)